Misinterpretasi dalam La Casa de Papel/Money Heist

Slumbering Husk
7 min readAug 24, 2022

--

Oleh, Fikri Ramadhan

Sebagian dari kita mungkin sudah pernah menonton La Casa de Papel/Money Heist, serial drama di Netflix. Secara singkat, serial ini berceritakan tentang perampokan terbesar di Spanyol yang dibagi menjadi 2 babak. Yaitu, perampokan pada Royal Mint of Spain dan Bank of Spain. Serial tersebut pada awalnya hanya tanyang terbatas untuk jaringan televisi Spanyol pada tahun 2017 dengan nama La Casa de papel. Lalu, pada akhir tahun 2017 Netflix mendapatkan hak siar serial tersebut untuk di publikasikan secara global.

Alex Pina, selaku creator dari Money Heist ­­– berhasil memainkan emosi para pemirsanya berkat drama-drama yang ia suguhkan. Mulai dari ‘cinlok’ antara Rio (Miguel Herrán) dan Tokyo (Úrsula Corberó), drama bapak dan anak antara Denver (Jaime Lorente) dan Moscow (Paco Tous). dan masih banyak drama epic lainnya.

Selain alur cerita dan drama yang menarik, yang menjadi ikonik dari serial itu adalah penggunaan lagu Bella Ciao, jumpsuit merah dan topeng Salvador Dali. Berkat ketiga simbol tersebut, banyak yang mengatakan bahwa serial Money Heist bertemakan resistance.

Sementara itu, di belahan dunia lain ‐ ketiga simbol tadi sempat dipakai dalam beberapa aksi demonstrasi dalam menuntut hak sosial di Lebanon, Irak, Prancis, dan Chilli.

Setidaknya seperti itu lah persepsi yang kita dapatkan jika mencari tau makna dibalik simbol-simbol tadi di internet. Dalam tulisan ini, saya hanya akan membahas sedikit tentang penggunaan lagu Bella Ciao dan kostum jumpsuit merah, dan akan lebih banyak membahas topeng Salvador Dali.

Berkat penggunaan simbol-simbol tadi, serial Money Heist dianggap memiliki makna resistensi, perlawanan, pembangkangan terhadap sistem kapitalis atau (dilihat lebih luas) terhadap pemeritahan negeri Spanyol. Alex Pina berkata, bahwasannya serial itu pada mulanya terinspirasi dari gerakan 15-M di Spanyol. Gerakan demonstrasi yang terjadi pada tahun 2011, buntut dari kebijakan penghematan yang dilakukan oleh pemerintah Spanyol.

Lagu bella ciao kerap muncul dalam beberapa scene, seperti saat Moscow berhasil membuat terowongan bawah tanah dan saat kematian Berlin (Pedro Alonso) yang heroik. Bella ciao sejatinya merupakan lagu folklore dari Italia. Pada sekitar abad ke-19, lagu itu awalnya disenandungkan oleh kaum buruh tani perempuan Italia untuk menyuarakan penindasan dan ketidakadilan yang mereka alami. Lalu pada masa perang dunia ke-2, makna lagu itu bergeser menjadi pemantik semangat bagi para simpatisan anti-fasis yang menentang pemerintahan fasis Italia dibawah kepemimpinan Benito Musolini.

Menurut Jesus Colmenar (sutradara), kenapa ia memilih penggunaan jumpsuit merah, karena ia ingin ada salah satu dalam serial itu terlihat ikonis, seperti hal ikonis dalam comic atau novel. Sedangkan pemilihan warna merah dikaitkan dengan warna pada bendera ‘revolusi’ pada umumnya. Warna merah dikatakan mewakilkan keberanian, gairah, cinta dan perlawanan.

Masih menurut Colmenar, pemilihan warna merah juga bertujuan untuk mengurangi kontras dan menjadikannya titik visual yang menonjol dalam serial itu. Oleh sebabnya, jumpsuit merah tidak hanya dikenakan oleh para perampok, tapi juga dikenakan oleh para sandera. Itu alasan dari sisi sinematografi. Sedangkan kalau dari sisi cerita, alasan penggunaan jumpsuit bertujuan untuk menutupi identitas para perampok dan untuk mengecoh pihak kepolisian agar tidak bisa membendakan antara perampok dan sandera.

Terakhir, penggunaan topeng Salvador Dali dalam serial — beralasan karena selaras dengan jalan hidup seniman asal Spanyol tersebut. Dikatakan, Salvador Dali semasa hidupnya kerap menyuarakan anti-kapitalis lewat lukisasn-lukisannya.

Dari ketiga premis tadi, semuanya membentuk kesimpulan awal bahwa serial Money Heist memang memiliki unsur ‘Resistance’ terhadap sistem di Spanyol. Latar belakang sejarah lagu bella ciao dan simbolisasi warna merah pada jumpsuit — relevan dengan asumsi bahwa money heist merupakan serial yang bertemakan resistance. Tapi tidak dengan penggunaan topeng Salvador Dali.

Jika dirunut dari perjalanan karir Salvador Dali dan sejarah negeri Spanyol dimasa perang sipil, pemilihan sosok Dali untuk sebuah topeng yang dikatakan mewakilkan perlawanan terhadap sistem Spanyol kuranglah tepat.

Sebelum kita membahas peran Dali dalam perang sipil Spanyol. Ada baiknya kita mengenali dulu siapa itu Salvador Dali. Dali merupakan seorang seniman besar asal Spanyol yang terkenal berkat kaya seni-nya dan citra dirinya yang eksentrik. Lahir di timur laut Catalonia, pada 11 Mei 1904. Dali lahir dari keluarga yang memiliki kedudukan sosial yang cukup terpandang di Figures.

Salvador Dali dianggap sebagai Bapak aliran seni Surealisme. Lukisannya yang paling dikenal dan dianggap masterpiece adalah Persistance of Memory (1931), yang sekarang lukisan tersebut disimpan di Musem of Modern Art, NY. Perkenalan awal antar Dali dan surealisme berawal dari ketertarikan ia terhadap tulisan-tulisan karya Sigmun Freud, tentang Psikoanalisis. Sebuah studi terhadap interpretasi mimpi. Lalu ketika Dali pindah ke Paris, disana ia bergabung dengan komunitas para seniman surealis seperti Andre Breton, Luis Bunuel, Pablo Picasso, Dll.

Surealis berasal dari bahasa Prancis. Yaitu, Sur: di atas dan Realisme: paham yang berusaha melukiskan sesuatu sebagaimana kenyataannya. Ada juga yang mengatakan sebagai super realisme, yang berarti hal-hal yang di atas realitas (logika).

Surealisme sangat terkait dengan kajian psikoanalisis Freud. Jika Freud memanfaatkan alam bawah sadar manusia sebagai metode penyembuhannya, begitu juga dengan surealis yang menggunakan ‘mimpi’ atau alam bawah sadar sebagai landasan imajinasi dan ekspresi untuk karya seni.

Andre Breton adalah sosok pelopor aliran surealis pada tahun 1920-an di Paris. Pada tahun 1924 Breton menerbitkan The Surealis Manifesto. Sebagai orang yang mengamini Marxist, dia berharap bahwa kedepannyaa aliran surealis akan membawa masyarakat meniggalkan pemikiran tentang tatanan masyarakat yang rasional.

Yang perlu diketahui, para penganut aliran surealis pada saat itu memiliki pandangan politik sayap kiri yang condong ke sosok Lenin, dan menolak segala gagasan fasisme dari Musolini dan Hitler. Selama perang sipil Spanyol, kelompok surealis mendukung pihak republik yang dipimpin oleh Presiden Manuel Azana dan menolak fasisme di bawah komando Jendral Francisco Franco selama perang sipil Spanyol 1936–1939.

Setelah kemenangan pihak republik pada pemilu yang diadakan pada Februari 1936, para politisi dan jendral militer Spanyol merencanakan kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Manuel Azana. Banyak peristiwa bentrokan antara aktivis dan simpatisan dari kedua pihak di jalan-jalan kota, dan menyebabkan polarisasi yang tajam di masyarakat Spanyol. Pihak republik terdiri dari kaum pekerja, buruh tani, dan kelas menengah terdidik. Sedangankan pihak fasis didukung oleh para militer, tuan tanah, orang-orang katolik roma, dan pebisnis.

Menurut Ian Gibson, dalam buku Salvador Dali: I Am Surealist (2020). Hubungan Dali dengan rekan-rekannya dalam komunitas surealis tidak selalu berjalan dengan mulus. Pada 1934 pernah Dali disidang oleh kelompok surealis yang dipimpin Breton karena dianggap telah melakukan tindakan kontrarevolusi dan dianggap menglorifikasi fasisme Hitler, atas karyanya The Enigma of William Tell.

Dali baru benar-benar dikeluarkan dari komunitas pada 1939 oleh Breton karena telah dianggap semakin terang-terang menunjukan sikap loyalitanya pada paham fasisme dan telah melenceng jauh dari automatisme dan nilai-nilai surealisme. Dali mungkin mengatakan bahwa dukungannya bersama para komunis, sosialis, dan anarkis yang berjuang melawan fasis Fransico Franco. Namun ungkapan itu tidak sejalan dengan sikap yang ditunjukan oleh Dali. Ketika rekan-rekan senimannya menggelar pameran guna untuk menggalang dana yang akan dihibahkan kepada kaum republik, Dali menolak untuk ikut serta. Selain itu ketika rekan-rekannya berjuang bersama turun ke medan perang, Dali justru sibuk menghabiskan waktunya di Italia, Perancis, dan AS.

Setelah kemenangan Franco dalam perang sipil, Dali menolak untuk menyatakan sikap anti-Franco. Tidak seperti yang dilakukan oleh seniman lainnya seperti Picasso, Benuel, dan Miro. Sikapnya tersebut membuat ia tidak tersentuh pengasingan yang dilakukan Franco terhadap seniman lain. Dali juga dengan leluasa dapat kembali ke rumahnya di Cadaques tanpa kendala yang berarti.

Dali semakin dibenci oleh seniman lain karena sikap oportunis dan sikap egoisnya, dia hanya mementingkan hal yang tebaik bagi kebutuhan dirinya tanpa memperdulikan bagaimana nasib kaum miskin Catalonia. Beberapa sumber mengatakan Dali secara terang-terangan mengakui kekagumannya pada kediktatoran Franco. Dali menikmati dan mendambakan kenyamanan dan kekayaan dari Franco, sudah menjadi rahasia umum bahawa mereka berdua menjalin hubungan yang cukup dekat dan isunya juga Franco mendanai beberapa lukisan Dali.

Bahkan hingga akhir masa kediktaroran Franco, Dali masih setia mendukung dan menjadi loyalist bagi Franco. Beberapa bulan sebelum kematiannya, Franco menandatangani eksekusi mati terhadap lima tahanan politiknya. Keputusan di akhir hayatnya itu menjadi pemicu protes publik internasional. Dali dengan loyalitasnya terhadap Franco membela dengan menyatakan bahwa, seharusnya ada lebih banyak hukuman mati yang ditanda tangani generalissmo (julukan Franco) yang diagungkannya sebagai “pahlawan terbesar Spanyol”.

Klaim bahwa Money Heist adalah film yang menyuarakan perlawan, pemberontakan terhadap sistem, menjadi terasa bias karena penggunaan topeng Salvador Dali.

Lantas, Dari kisah hidup Dali dan sejarah perang sipil Spanyol, agaknya kurang apik Alex Pina menjadikan sosok Dali sebagai simbol perlawanan dalam film Money Heist. Sebab dalam hidupnya Dali hanya mementingkan keuntungan pribadi tanpa memperdulikan nasib dari masyarakat kampung halamannya yang memperjuangkan keadilan bagi hidup mereka. Terlebih ketika perang sipil Dali bersikap ‘main aman’ dan tidak ikut terlibat seperti para seniman lain. Bahkan lebih condong berpihak kepada rezim Franco.

Money Heist memiliki alur cerita yang sangat bagus, setiap tokoh memiliki karakter yang kuat, konflik drama yang disuguhkan juga sangat apik. Tapi, terdapat beberapa unsur dalam film terkesan tidak nyambung. komplotan perampok dengan penggunakan topeng Dali dalam aksinya sambil sesekali menyanyikan Bella Ciao, dan tindakan mereka disebut sebagai perlawanan terhadap sistem pemerintah.

Mungkin hal itu jika diadaptasi dalam konteks Indonesia akan menjadi seperti; sebuah perampokan di Bank Indonesia yang para pelakunya menggunakan topeng Soeharto sambil menyanyikan lagu Buruh Tani/Pembebasan.

Cheers!

SUMBER

Rosa, Z. A. (2020). Salvador Dali : I am Surealism. Yogyakarta: Vice Versa Books.

cnnidoneisa.com. 02 September 2021. Cerita dan Rahasia dibalik Jumpsiut Merah Money Heist. Diakses pada 16 Juli 2022. Dari https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210901155928-220-688421/cerita-dan-rahasia-di-balik-jumpsuit-merah-money-heist.

cnnindonesia.com. 07 Juni 2021. ‘Bella Ciao’ dan Perlawanan Sistem dalam MOney Heist. Diakses pada 16 Juli 2022. Dari https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20210604201252-220-650592/bella-ciao-dan-perlawanan-sistem-dalam-serial-money-heist.

--

--

No responses yet